26 January 2024

Pendidikan Etika

Dr. Hakiman, M.Pd

Baru-baru ini beredar berbincangan tentang nir etika, hal ini muncul berangkat dari situasi perpolitikan di Indonesia. Di luar situasi politik di Indonesia yang selalu kompatibel sesuai dengan keinginan masing-masing kepentingan individu, ada hal penting  yang perlu kita renungkan sebagai akademisi. Apakah situasi masyarakat Indonesia separah ini, dengan melihat etika para pejabat dan para calon pemimpin Indonesia masa depan.

Negara Indonesia adalah negara yang sangat menjungjung etika di tengah beragamnya budaya, adat dan agama, sehingga standar etika bersifat lokal dan temporal. Etika secara sederhana merupakan aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas seseorang dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku.

 

Dalam pandangan Islam etika disebut juga akhlak, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Akhlak seseorang merupakan dorongan dari keimanan seseorang, karena keimanan harus ditampilkan dalam prilaku sehari-hari dimanapun mereka berada.

Kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani yaittu ethos yang artinya tampak dari suatu kebiasaan, kebiasaan yang erat hubungannya dengan  perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Menurut Aristoteles bahwa etika terbagi menjadi 2 yaitu terminius techicus dan manner and cutom. Terminus technicus merupakan etika yang dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari problem tingkah laku manusia yang mengarah pada kajian-kajian perbuatan manusia. Adapun Manner and cutom merupakan kajian mendalam berkaitan dengan kebiasan-kebiasan, adat istiadat, tatakrama dan nilai yang terkait dengan baik buruknya prilaku atau perbuatan seseorang.

 

Dalam kajian filosfis etika menjadi bagian yang tidak terpisahkkan dari kajian-kajian pendidikan, karena etika menjadi ruh dalam pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan adalah change behavior yaitu merubah prilaku manusia menuju manusia yang bermartabat.

Mengutip dari Rober Salemon dalam bukunya Wiliam (2019) bahwa etika adalah karakter atau kepribadian suatu individu. Hal ini selaras dengan pendapatnya Bloom bahwa level tertinggi pendidikan pada ranah afektif adalah karakterisasi. Taksonomi bloom dalam ranah afektif salahsatunya adalah membiasakan, mengubah prilaku, berakhlak mulia. Pembentukan karakater menjadi kunci dalam ranah pendidikan afektif konsepnya Bloom.

 

Nir etika yang dihadapi saat ini sudah tidak sesuai dengan budaya dan tujuan pendidikan di Indoensia, media sosial yang menjadi sumber ajar di era 5.0 memberikan pembelajaran yang kurang baik bagi para generasi Z. Tampilan para politisi memberikan pendidikan sudah keluar dari adat ketimuran. Penampilan para politisi hari ini di media sosial akan menjadi preseden buruk untuk generasi muda.

 

Hasil survei yang dilakukan  Alex J. Packer (2014) menunjukkan bahwa generasi muda diera sekarang mempunyai ketidak sopanan yang cukup signifikan, dari tiga perempat orangtua yang menyekolahkan anaknya menyampaikan bahwa anak generasi zaman now tidak mempunyai sopan santun. Hasil survei Digital Civility Index (DCI) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai tingkat kesopanan terendah di Asia. Para figur publik seharusnya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan etika pada generasi muda.

 

Nir Etika

Sebelum munculnya konsep-konsep pendidikan etika, maka Islam sudah mengajarkan tentang pentingnya pendidikan etika. Adab menjadi ruh dalam kehidupan umat Islam, karena kehidupan umat Islam ini dijalankan di atas adab (etika).

Dalam kitab-kitab kelasik ada beberapa kitab yang digunakan dalam pembelajaran etika di pesantren seperti: al-Akhlâq lil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja, Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali, dan Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji.

Hal ini menegaskan bahwa etika sangat dijungjung tinggi dalam kehidupan umat Islam. Etika diposisikan lebih utama daripada Ilmu, mengutip yang disampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarak: nahnu ila qolilim minaladabi ahwaju minna ila katsirimminalilmi  yang artinya “Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak”

 

Etika harus dikedepankan dalam setiap hubungan sosial, sahabat umar bin Khotob dalam kitab nashoihul ibad karangan Syekh Nawawi al Bantani menyampaikan Husnu tawadudi ilannasi nisfu a’qli: “bersikap simpatik dengan orang lain merupakan bagian dari kecerdasan akal” salahsatu ciri orang berakal adalah orang yang senantiasa resfect kepada siapapun tanpa melihat latarbelakang sosial ekonomi dan kedudukan.

Yang muda menghormati yang tua dan sebaliknya yang tua menghormati yang muda, sehingga kolaborasi dalam membangun peradaban bangsa tanpa saling mencela, melecehkan dan menjatuhkan. Memberikan kesadaran pada setiap insan untuk saling menghormati  satu dengan yang lainnya menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan etika penting untuk menciptakan ketenangan dalam hubungan bermasyarakat. Ketika masyarakat memegang teguh etika di atas segalanya, maka akan tercipta sistem masyarakat yang beradab, bermoral dan bernilai. Etika hadir dalam berbagai ranah sisi kehidupan manusia, maka ada berbagai macam etika  yang melandasi kehidupan manusia seperti: etika pergaulan, etika bertetangga, etika akademik, etika profesi, etika politik, etika komunikasi dan lain-lain.

Salahsatu yang sedang diperbincangan hangat hari ini adalah berkaitan dengan etika politik. Hal ini muncul karena masyarakat dihadapkan pada nir etika politik, politik yang dibangun lebih mengarah pada saling menjatuhkan. Pemandangan politikus di Indonesia akhir-akhir ini sepertinya sudah defisit etika, sehingga ini menjadi pendidikan buruk pada generasi muda Indonesia.

 

Dialog yang dibangun tidak mengarah pada subtamtif kolaboratif dalam menggagas Indonesia kedepan, dialog yang dibangun cenderung mengarah pada pembunuhan karakter, saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga diperparah dengan kondisi postruth sehingga menjadi tambah semrawut.

Apakah etika dialog dan diskusi sudah mulai hilang, mengutip dari kitab nashoihul ibad, sahabat Umar bin Khotob menyampaikan husnus suali nisful ilmi, “bertanya dengan cara yang baik adalah bagian dari ilmu” mengajukan pertanyaan dan sanggahan dengan cara-cara yang baik merupakan cerminan dari orang yang berilmu. Budaya sopan santun dan  dan ucapan “terimakasih” dan “maaf” seakan-akan sudah hilang dari budaya Indonesia.

Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Huda dkk (2022) yang menunjukkan bahwa pola pendidikan karakter di Indonesia, Jepang dan Turki mempunyai kesamaan dalam menciptakan rasa toleransi, saling menghargai dan berprilku sopan yang berangkat dari akar adat dan budaya negaranya. Budaya sopan santun  di 3 negara tersebut sangat mengakar, tetapi saat ini di negara kita dihadapkan pada fenomena defisit sopan santun.

Mari kita kuatkan lagi tentang pentingnyaa nilai, karena nilai itulah yang akan mempengaruhi etika dan prilaku seseorang, values generally influence attudes and behavior.  Hadirkan dalam kehidupan kita tentang pentingnya nilai pengetahuan, nilai politik, nilai sosial, nilai budaya dan nilai religi dan nilai-nilai kehidupan lainnya.

 

 

Sumber bacaan

 

William Chang, OFM Cap. (2019). Etika dan Etiket Komunikasi: Rahasia, Sadap-Menyadap, Ujaran Kebencian, Hoax, Jogjakarta: Kanisius

Alex J. Packer (2014) How Rude!: The Teen Guide to Good Manners, Proper Behavior, and Not Grossing People Out. https://www.amazon.com/How-Rude-Manners-Behavior-Grossing-dp-1575424541/dp/1575424541/ref=dp_ob_title_bk

Huda, Syamsul, Nilawati Tadjuddin, Ahmad Sholihuddin, and Korhan Cengiz. (2022). “Character and Adab Education in Indonesia, Turkey, and Japan: A Comparative Study”. Islamic Guidance and Counseling Journal 6 (1):1-17. https://doi.org/10.25217/igcj.v6i1.2973.

Nashaihul Nashoihul Ibad Syekh Nawawi Al Bantani, https://islamiques.net/download-nashaihul-ibad-pdf-lengkap/. https://drive.google.com/file/d/1CAwZ3ThzWAjpirDXBtZqe3PcC-PzmcwC/view

Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj al-Ashfiyâ, Dar el-Kutub al-‘Ilmiyah

 

Pendidikan Etika