14 February 2022

"Pengembangan Vokasi Di PTKIN: Menemukenali Input, Kondisi Internal Dan Kompetitor"

*Oleh: Dr. Muhammad Muandi, M.Pd*
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN RM Said Surakarta)

*Pengantar*

Kerumitan dalam perencanaan pendidikan terletak pada kesenjangan antara *supply
and demand*. Sisi *supply *lebih besar daripada *demand* lapangan kerja
maupun yang wirausaha. Problem ini diupayakan untuk diurai melalui salah
satu area kerangka kebijakan pendidikan Indonesia untuk memperbaiki mutu
sumber daya manusia dan meningkatkan daya saing Indonesia adalah industri
dan pendidikan tingkat tinggi (Indrawati & Kuncoro, 2021). Industri dan
pendidikan tinggi perlu dipersambungkan diantaranya melalui pengembangan
jenis pendidikan vokasi. UU nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa pendidikan vokasi
merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan
program sarjana. Pendidikan jenis ini awalnya tidak dapat dipisahkan dari
perannya dalam merehabilitasi siswa dengan kesulitan akademik dalam
pendidikan akademik di sejumlah negara di seluruh dunia (Masson, 2009).
Walaupun sebenarnya arah awalnya sudah ada dengan pengenalan Pendidikan
berbasis kompetensi. Pendidikan model ini menekankan bahwa kompetensi itu
melekat pada semua bentuk pendidikan yang berbeda dengan arah kurikulum
yang lebih individual pada siswa ataupun mahasiswa (van der Klink et al.,
2007).

Pendidikan berbasis kompetensi memang tidak identic dengan pendidikan
vokasi. Hal ini dikarenakan cakupannya lebih luas dan merujuk pada: *Career
education, Technical school, Apprentice training, Job training, dan Trade
training* (Monarch, 2020). Pendidikan vokasi sangat luas yang
program/kegiatannya bisa berbentuk: pendidikan karir, Sekolah Teknik,
Pelatihan magang, Pelatihan kerja, serta Pelatihan perdagangan.
Kualifikasinyapun juga beragam: sertifikat, diploma dan diploma lanjutan
(The Good University Guide, 2022).

*Vokasi dalam Konteks PTKI*

Ada kerumitan tersendiri, kalau PTKI dikaitkan dengan pendidikan vokasi.
Hal ini dikarenakan keilmuan Agama relative akademik dibandingkan muatan
kejuruannya. Namun mendasarkan pernyataan Direktur Pendidikan Tinggi Islam
yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi prioritas PTKI, yaitu:
pembangunan laboratorium, gedung perpustakaan, dan bengkel kerja atau
workshop (Diktis, 2022). Untuk pengembangan pendidikan vokasi, perlu
mempelajari data berikut:

Tabel 1. Jenis Perguruan Tinggi

Tabel 1 menunjukkan bahwa perguruan tinggi berbentuk universitas bisa
mengembangkan jenis pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Selama ini di
PTKIN masih berfokus pada jenis pendidikan akademik dan belum mengembangkan
pendidikan vokasi apalagi profesi. Pendidikan profesi sudah mulai
dikembangkan pada program studi pendidikan yang mengembangkan pendidikan
profesi guru (PPG). Jenis pendidikan profesi bisa dikembangkan dengan
lembaga lain seperti pendidikan profesi Penasehat Hukum, Notariat, dan
profesi lain berkait dengan hukum dan syari’ah. Begitupula profesi lain
bisa bekerjasama dengan *Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sehingga
masing-masing program studi bisa mendapatkan lisensi sebagai Lembaga
Sertifikasi Profesi, minimal PTKIN sebagai Tempat Uji Kompetensi* (*TUK*).
Program studi di PTKIN benar-benar harus menyiapkan laboratorium, dan
bengkel kerja atau workshop sesuai ketentuan BNSP.

*Vokasi dalam Konteks Kompetitor*

Dalam penetapan PTKIN akan membuat pendidikan vokasi, maka diperlukan
penelaahan competitor yang paling dekat dengan kampus berada. Lembaga ini
memiliki competitor berikut ini.

Tabel 2. Kompetitor PTKIN Berdasar Jenjang Pendidikan


Tabel 2 menunjukkan bahwa, PTKIN bisa mengembangkan pendidikan vokasi
antara tanpa gelar, Diploma 1 Diploma 2, atau Diploma 3 sehingga masa
tempuhnya bisa berlandaskan pada table berikut.

Tabel 3. Masa Tempuh Pendidikan Vokasi

Masa tempuh bisa merujuk pada kursus/pelatihan 1 bulan – 12 bulan, atau
diploma 1 atau diploma 2 sehingga bisa mentarget pada konsumen yang belum
banyak dibidik oleh competitor. Namun competitor yang ada, tidak hanya
didasarkan pada jangka waktu tempuh pendidikannya tetapi juga bidang
kejuruannya.

Tabel 4. Bidang Kejuruan Perguruan Tinggi

Pendidikan vokasi bisa mengembangkan keilmuan social, humaniora, sain dan
teknologi.

Bicara sumber input mahasiswa kalau berbasis madrasah bisa mendasarkan
pernyataan Dirjen Pendidikan Islam (Kemenko Perekonomian RI, 2019), yaitu:
pendirian Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Aliyah Plus
Keterampilan, selain itu jumlah siswa lulusan sekolah menengah kejuruan
yang masuk di PTKIN. Disamping itu mendasarkan data dari (Munadi, 2021),
pendidikan vokasi di PTKI bisa mengembangkan kelanjutan pendidikan vokasi
jenjang sekolah menengah/madrasah Aliyah, sebagai berikut.

Tabel 5. Ragam Vokasi Yang Dikembangkan PTKIN

Tabel 5 menunjukkan bahwa PTKI negeri dan swasta bisa mengembangkan ragam
pendidikan vokasi sesuai dengan jenis ragam pendidiakn sebelumnya. Namun
secara spesifik yang bisa dikembangkan bisa dilihat pada table berikut.

Tabel 6. Ragam Pendidikan Vokasi dan kemungkinan Jenjangnya

Merujuk pada table 6, PTKI harus melihat kekuatan sumber daya dosen
terutama ketika membuka program Diploma 1 sampai 3 karena ketentuan
akreditasi setiap program studi dengan jenjang tertentu harus memiliki
dosen minimal 6 orang. Ini memperberat lembaga. Yang paling aman sebenarnya
membuka program tanpa gelar dan tidak berjenjang namun tetap saja yang
paling berat pada ketersediaan laboratorium, dan bengkel kerja atau
workshop harus terpenuhi dan ideal dengan rasio jumlah mahasiswanya. Hal
ini mengingat bahwa pendidikan jenis ini adalah vokasi yang lebih
mementingkan penguasaan alat-alat praktek yang *up-to-date *sesuai
perkembangan lapangan kerja.

*Daftar Pustaka*

Diktis. (2022). *Tahun 2023, SBSN PTKIN Fokus pada Penguatan Vokasi*.
DIKTIS.
http://diktis.kemenag.go.id/v1/berita/tahun-2023-sbsn-ptkin-fokus-pada-penguatan-vokasi

Indrawati, S. M., & Kuncoro, A. (2021). Improving Competitiveness Through
Vocational and Higher Education: Indonesia’s Vision For Human Capital
Development In 2019–2024. *Bulletin of Indonesian Economic Studies*, *57*(1),
29–59. https://doi.org/10.1080/00074918.2021.1909692

Kemenko Perekonomian RI. (2019). *Perkuat Mutu Pendidikan Vokasi di
Madrasah, Kemenag Teken MoU dengan Kemenko Perekonomian*. Siaran Pers
Bersama.
https://ekon.go.id/publikasi/detail/1119/perkuat-mutu-pendidikan-vokasi-di-madrasahkemenag-teken-mou-dengan-kemenko-perekonomian

Masson, J.-R. (2009). Vocational education and training and higher
education in the transition countries. *European Journal of Vocational
Training*, *1*(46), 89–113.

Monarch. (2020). *Vocational vs higher education*. Monarch Institute.
https://www.monarch.edu.au/blog/vocational-vs-higher-education/#:~:text=Both
types of learning can,about practical job-specific skills.

Munadi, M. (2021). *Ragam Madrasah : Peluang dan Tantangan*. UIN Raden Mas
Said Official Website.
https://iain-surakarta.ac.id/ragam-madrasah-peluang-dan-tantangan/

The Good University Guide. (2022). *Vocational or higher education?* The
Good University Guide.
https://www.gooduniversitiesguide.com.au/education-blogs/tertiary-study/vocational-or-higher-education

van der Klink, M., Boon, J., & Schlusmans, K. (2007). Competences and
vocational higher education: Now and in future. *European Journal of
Vocational Training*, *40*(1), 67–82.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ehh&AN=31733933&site=ehost-live