08 May 2023

Pemuda Islam Milenial Gagap Akan Al-Qur'an

Oleh: Muhammad Zuhud Pramono (Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam UIN RM Said Surakarta)

Tidak dapat dipungkiri lagi pada zaman sekarang Al-Qur’an menjadi sangat asing pada telinga pemuda islam milenial. Mereka cenderung mendengarkan musik musik yang sedang naik daun daripada mendengarkan alunan ayat Al-Qur’an yang merupakan kitab suci mereka sendiri.

Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan punah pemuda islam yang paham akan agamanya dan bisa jadi hilangnya peradaban islam karena penerusnya tidak dapat membaca dan memahami isi dari Al-Qur’an. Karena ketika ingin mempelajari suatu buku maka wajib membacanya begitu pula dengan Al-Qur’an ketika ingin mempelajari Al-Qur’an maka wajib untuk membacanya terlebih dahulu.

Mirisnya pada zaman sekarang ini banyak pemuda yang belum bisa atau bahkan tidak bisa sama sekali untuk membaca ayat Al-Qur’an sehingga sedikit yang diketahuinya tentang isi Al-Qur’an. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Penyebab hal tersebut terjadi.

Lingkungan menjadi faktor yang paling penting karena memppengaruhi kepribadian seseorang. Pengetahuan tentang Al-Qur’an dimulai dari lingkungan keluarga karena lingkungan keluarga memberikan dampak yang besar terhadap penyaluran ilmu tentang Al-Qur’an. Mengajarkan ilmu tentang Al-Qur’an sejak dini merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua sehingga orang tua harus mampu setidaknya membaca Al-Qur’an sebelum mereka mengajarkan kepada anak anak mereka.

Kemudian disusul dengan lingkungan sosial dengan siapa dia bergaul dan dengan siapa dia berinteraksi sehari hari. Karena lingkungan ini akann membentuk kepribadiannya terhadap Al-Qur’an. Pandai pandailah dalam memilih lingkungan sosial sebab apabila lingkungan sosialnya jauh dari Al-Qur’an maka akan jauh pula dari seseorang tersebut dari Al-Qur’an bila tidak memiliki pendirian yang kuat karena pada fase ini remaja sedang mencari jati dirinya yang dominan memiliki sifat yang labil atau mudah terpengaruh dalam setiap mengambil keputusan.

Pada zaman sekarang ini ketertarikan dengan Al-Qur’an semakin berkurang. Mereka lebih tertarik bahkan terlena dengan film, novel, musik dan gemerlap dunia lainnya dari pada sekedar mendengar lantunan ayat Al-Qur’an. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran akibat tidak diperkenalkan dengan Al-Qur’an sejak kecil oleh orang tua mereka. Dan ketika beranjak dewasa ketika mereka ingin memelajari Al-Qur’an di luar pondok pesantren timbul rasa gengsi atau malu karena di sandingkan dengan anak-anak.

Serangkaian Upaya Yang dapat dilakukan:

1. Menambah Jam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Negeri.

Seperti yang kita ketahui bahwa mata pelajaran pada sekolah sekolah negeri dengan sekolah yang berbasis Islam cukup berbeda. Sekolah berbasis negeri lebih banyak mengajarkan pada bidang keilmuan umum seperti Matematika, Sastra, dan ilmu umum lainnya yang mendapatkan waktu pembelajaran kurang lebih 360 menit dalam setiap minggunya sedangkan jam PAI hanya mendapatkan kurang lebih 135  menit setiap minggunya. Berbeda dengan yang berbasis Islam yang menjadikan pembelajaran agama menjadi mata pelajaran pokok yang harus dikuasai oleh siswa dan memisahkan setiapp sub materi menjadi mata pelajaran .Berbeda dengan jenjang SD, SMP, SMA, dan sederajatnya yang berbasis negeri yang menggabungkan semua sub materi menjadi satu yaitu terdapat pada mata pelajaran PAI.

2. Menambah Fasilitas Pendidikan Al-Qur’an

TPA dan Pondok Pesantren bukan lembaga formal seperti sekolah sehingga lembaga tersebut tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga mengalami kesulitan dalam membangun fasilitas seperti gedung untuk kegiatan belajar mengajar, Al-Qur’an dan berbagai fasilitas lainnya yang berfungsi sebagai pendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Seharusnya lembaga lembaga tersebut masuk dalam jajaran lembaga formal sehingga mendapatkan bantuan dari pemerintah demi kenyamanan santri ketika mempelajari Al-Qur’an.

3. Melakukan Edukasi Tentang Pentingnya Mempelajari Al-Qur’an.

Faktor yang paling utama adalah kurangnya edukasi dan dorongan terhadap pentingnya mempelajari Al-Qur’an. Mulai dari orang tua yang menganggap remeh TPA karena tidak menghasilkan Ijazah dan ingin mengajarkan Al-Qur’an sendiri tetapi tidak mempunyai ilmu tentang Al-Qur’an sehingga tidak mengajarkan kepada anaknya.Sehingga kesadaran anak terhadap Al-Qur’an tidak tumbuh saat dewasa karena belum dikenalkan sejak dini oleh orang tuanya. Padahal sebenarnya hasil dari memahami Al-Qur’an bukan hanya selembar ijazah melainkan bisa langsung mengamalkan dalam kehidupan sehari hari karena anak bisa menjadi ladang pahala bagi orang tua atau menjadi ladang dosa bagi orang tua.

4. Menjadikan Membaca Al-Qur’an sebagai syarat diterima di Lembaga Pemerintah seperti syarat penerimaan kerja dan sekolah.

Cara ini dinilai efektif karena menjadi salah satu dorongan seseorang untuk mempelajari Al-Qur’an sehingga  mereka terpaksa mempelajari Al-Qur’an sekurang kurangnya mampu membaca supaya dapat diterima di lembaga formal. Contohnya seperti kerja atau sekolah karena setiap dari kebiasaan berasal dari paksaan dan perlahan lahan niat tersebut akan berubah yang semula untuk urusan duniawi menjadi karena Allah SWT.

Pada akhirnya semua tergantung pada pemuda itu sendiri yaitu terdapat pada kesadarannya mengenai pentingnya Al-Qur’an serta dapat memilih lingkungan dimana dia akan berinteraksi dengannya sehari hari.  Karena lingkungan membawa dampak yang besar pada dirinya dan   mulai mempelajari Al-Qur’an mulai dari sekarang karena tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.

Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak ikut mengambil peran dalam mewujudkan pemuda yang paham akan agamanya yanag dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat demi terciptanya pemuda yang paham akan agama islam pada zaman sekarang.

Pemuda Islam Milenial Gagap Akan Al-Qur'an