10 February 2022

Balita Dalam Lingkaran Makanan Gizi Seimbang

*Oleh : Triningsih, S.IP(Pustakawan Muda UIN RM Said Suurakarta)*




*“Bangunlah jiwanya Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya”*

Sepenggal lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman yang berjudul Indonesia Raya
tersebut tentu sudah tidak asing ditelinga kita semua. Lagu ciptaan pria
kelahiran Purworejo 19 Maret 1903 tersebut menyerukan untuk membangun jiwa
dan badan. Karena pembangunan tersebut dapat menjadi pencapaian Indonesia
sebagai salah satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum.
Dengan kata lain jiwa dan badan masyarakat harus sehat.

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
prevalensi balita kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing
sebesar 12,1% dan 37,2%. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 di
Indonesia menunjukkan prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5%, balita
kurus 8,0%, dan balita dengan gizi kurang sebanyak 17,8%. (Direktorat Gizi
Masyarakat Kemenkes RI, 2017). Padahal kita tahu bahwa salah satu kebutuhan
dasar manusia adalah kesehatan. Terlebih lagi kesehatan bagi anak balita
(bawah lima tahun). Kebiasaan makan balita berpengaruh terhadap
kesehatannya.

*Dimudahkan*

Di zaman teknologi komunikasi informasi yang serba canggih seperti sekarang
ini, masyarakat ikut dimudahkan dalam semua sendi kehidupan. Termasuk
kemudahan dalam mencari makanan untuk anak balita. Keanekaragaman makanan
dengan segala kelezatannya mudah sekali dicari. Tinggal pegang handphone
dan pencet sana sini, hasilnya makanan sudah siap saji serta diantar ke
rumah dalam beberapa menit.

Namun, memberikan makanan untuk anak balita, tidak cukup memilih makanan
yang bervariasi. Yang lebih penting dari itu adalah pemilihan makanan
dengan gizi seimbang. Karena konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan aman
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menurunkan resiko penyakit
kronis dan penyakit infeksi.

Prediksi output sumber daya manusia di masa mendatang negeri ini bisa
dilihat dari kondisi status anak balita saat ini. Dan pengetahuan yang
buruk tentang makanan dengan gizi seimbang pada anak balita akan
berpengaruh buruk pada kesehatan. Baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pelletier dan Frongillo (2013) mengatakan, status gizi kurang berdampak
pada balita di masa mendatang. Karenanya, gizi buruk harus menjadi masalah
dan mendapat perhatian. Karena tidak hanya berdampak seperti kerentanan
balita terhadap penyakit infeksi, kemampuan bertahan hidup yang rendah, IQ
rendah, kemampuan kognitif rendah, dan kematian. Tetapi juga berdampak pada
jangka panjang yaitu memengaruhi kecerdasan calon generasi penerus, serta
kualitas dan produktivitas SDM.

Masyarakat dan keluarga harus mengetahui tentang makanan dengan gizi
seimbang untuk anak balita. Jangan sampai balita itu mengalami kelebihan
gizi. Yakni suatu keadaan tubuh balita akibat mengkonsumsi zat gizi
tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang relative lama. Ataupun
mengalami kekurangan gizi, yang mana suatu keadaan tubuh balita akibat
asupan zat gizi sehari-hari yang kurang sehingga tidak terpenuhi oleh tubuh.

Marilah kita perhatikan dan penuhi kebutuhan serta kesejahteraan balita,
salah satunya dengan memberi mereka asupan makanan gizi seimbang. Karena
ditangan merekalah perjuangan cita-cita Bangsa ini terus berlanjut dan
berjalan nantinya. Dan 25 Januari merupakan Hari Gizi dan Makanan Nasional.
Sebuah momentum yang mengingatkan kita agar selalu memperhatikan makanan
yang harus terpenuhi gizinya. Tujuannya tidak lain adalah kesehatan.

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, *men sana in corpora sano*.
Kesehatan merupakan berkah tersendiri bagi balita. Marilah kita menjaga
balita kita dengan selalu memberi makanan dengan gizi seimbang.

*Artikel ini telah diterbitkan oleh SKH Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Edisi
Rabu Pahing, 26 Januari 2022, hal. 11.*