28 November 2022

Budaya Lokal Tersembunyi

Oleh: Sherly Eka Novita Sari (Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab)

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku yang berbeda-beda. Di setiap suku tersebut memiliki ciri khas budaya masing-masing. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki beragam budaya yang menjadi ciri khasnya dan ketertarikan tersendiri bagi warga lokal bahkan warga luar negari. Salah satu budaya lokal yang tersembunyi ada di Indonesia khususnya desa yang berada  di Provinsi Jawa Timur yang bernama Sekaralas, Ngawi. Di desa Sekaralas terdapat budaya yang tersembunyi baru-baru ini, tetapi budaya tersebut sudah mendunia sampai luar negeri yaitu budaya tentang Upacara Kebo Ketan.

Upacara Kebo Ketan sendiri muncul di sebabkan oleh seorang pria yang hidup sebatang kara yang bernama Bagus Kodok Ibnu Sukodok, dikenal dengan sebutan Mbah Kodok. Dia hidup di rumah yang berbentuk kuno, besar, memiliki pekarangannya yang luas. Awalnya dia merupakan orang biasa, namun dia menggegerkan warga yang di sekitar karena dia tiba-tiba menikah dengan Peri (berupa makhluk tak kasatmata) yang bernama Roro Setyowati. Ketika di wawancara dia mengatakan bahwa dia kenal dengan Peri tersebut di Alas Ketonggo, Peri tersebut meminta bantuan karena rumahnya dirusak oleh kelaluan manusia yang tidak bertanggung jawab lalu dia menikah dengan mbah kodok, tutur Bramantyo yang merupakan teman dari Mbah Kodok. Ketika Mbah Kodok menikah dengan Peri, seperti orang menikah pada umumnya, dia memakai blangkon dengan rambut putihnya yang terurai panjang, kedua telinganya terselip bunga melati, pakaiannya menggunakan bunga melati yang disusun, bawahannya memakai kain biasa dengan pergelangan tangannya memakai emas. Ya seperti itulah penampilan mbah kodok ketika prosesi pernikahannya dengan Peri Roro Setyowati.

Pada prosesi pernikahan, di samping Mbah Kodok tidak ada wujud siapa-siapa hanya ada kursi yang diatasnya ada kebaya dan kain, ada sanggul perempuan Jawa yang dihiasi Bunga Melati dan ada sepasang sandal selop perempuan di bawahnya. Dan di samping kursi pengantin terdapat 2 anak kecil biasanya kalau di desa Sekaralas disebut “patah”. Pernikahan tersebut juga seperti pernikahan biasa sesuai ada di desa tersebut. Bahkan di pernikahnnya datang seniman Mugiyono Kasido dan Arahmaiani yang sudah terkenal di dunia. Di saat prosesi pernikahan hadir juga mantan Ketua Lesbumi PBNU yang bernama Zastrouw memberi sambutan. “bisa didengar tetapi tidak bisa di raba” tutur Ketua Lesbumi. Maksud dari perkataan nya yaitu sesuatu yang tidak bisa dilihat tetapi diyakini ada. Orang yag hadir dipernikahan Mbah Kodok dengan Peri tersebut tidak disangka mencapai ribuan orang yang hadir. Kendaraan tamu tersebut juga sampai lapangan di desa Sekaralas yang berjarak 7 KM, setelah di selidiki kok banyak orang yang datang, ternyata orang-orang tersebut mengetahui dari mulut ke mulut dan sosial media karena menarik ada orang nikah dengan Peri bahkan orang luar negeri pun juga datang di pernikahan tersebut. Tidak disangka itu menggegerkan warga Kabupaten Ngawi bahkan Luar Negeri.

Setelah ada pernikahan tersebut. Rumah Mbah Kodok disebut Keraton Ngiyom yang setiap tahunnya dilaksanakan Upacara Kebo Ketan yang merupakan perayaan perwujudan dari “rahmatan lil ‘alamin” dengan mengadakan perawatan pohon dan mata air yang berada di Keraton Ngiyom. Dengan adanya Upacara tersebut muncul jenis musik yang baru yaitu Keroncong Jathilan, Reog Mahesa Nempuh yang membuat Kebo Ketan. Rangkaian Upacara tersebut pertama dengan Guyangan Kebo Ketan setelah itu terdapat Kirab Kebo Ketan dari Keraton Ngiyom sampai Lapangan Sekaralas. Pada tahun ini, sebenarnya ada kirab di malam harinya. Tetapi pada sore itu, hujan lebatpun turun beserta angin kencang sehingga memporak-porandakan terop, panggung, stan para pedagang dan persiapan lainnya yang ada di lapangan Sekaralas. Ada sekitar satu jam an itu berlangsung, sehingga kirab Kebo Ketan dibatalkan dan dipindah ke Keraton Ngiyom dengan menampilkan pertunjukan-pertunjukan yang amat beragam dan ada Band Marjinal yang ikur serta memeriahkannya. Meski tidak jadi kirab tetapi acara di malam hari tersebut sangat ramai dan menarik. Dan tidak lupa pula banyak Turis dari Inggris, Amerika dan lain sebagainya berdatangan ke desa Sekaralas hanya untuk menonton Upacara Kebo Ketan.

Sebagai masyarakat Indonesia kita seharusnya bangga dan melestarikan Budaya-Budaya Lokal yang sejatinya milik Indonesia. Turis saja memiliki ketertarikan terhadap budaya kita, rela masuk berimigrasi ke Indonesia hanya untuk menyaksikan Budaya-Budaya yang ada di negara kita dan bahkan mereka juga mau belajar mempraktikkan tarian ataupun budaya lainnya. Sudah seharusnya, kita sebagai masyarakatnya bisa lebih melestarikan lagi budaya lokal agar mendunia dan agar tidak diakui oleh negara lain. Sekarang banyak para remaja yang sudah tidak peduli dengan apa itu melestarikan budaya lokal, bahkan anak kecilpun sekarang tidak tahu apa itu budaya mereka justru mahir dalam memainkan handphone daripada mempelajari budaya. Siapa yang salah? Mereka sudah di pengaruhi oleh budaya luar sehingga budayanya sendiri saja tidak diperhatikan. Oleh karena itu, semoga elemen masyarakat di Indonesia sadar dan merenungi apa yang harus dilakukan demi Indonesia. 

Budaya Lokal Tersembunyi