05 June 2023

Apakah Pendidikan di Papua Sudah Baik?

Oleh: Amy Mustauda (Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Raden Mas Said Surakarta)

Papua adalah provinsi yang terletak di pesisir utara Papua, Indonesia, yang berdiri sejak 1 Mei 1963. Dahulu provinsi Papua bernama Irian Barat dan Irian Jaya yang mencakup seluruh tanah Papua bekas Karesidenan Nugini Barat. Ibukota Papua terletak di kota Jayapura, yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini. sejak 30 Juni 2022, provinsi Papua dimekarkan dan membentuk provinsi baru, yaitu Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Provinsi Papua didominasi oleh hutan-hutan, sehingga banyak flora dan fauna yang beragam jenisnya, terlebih untuk spesies fauna khas Australia. Pada tahun 2017, daratan Papua didominasi oleh hutan alam yang mencapai sekitar 33,7 juta hekatare atau 81% dari luas daratan. Provinsi Papua dihuni oleh sekitar 4,30 juta jiwa, sekitar 3,99 juta penduduk berdomisili sesuai KTP/KK dan 308 ribu penduduk lainnya berdomisili tidak sesuai KTP/KK. Proporsi generasi milenial usia produktif sekitar 1,37 juta dan generasi Z sekitar 1,30 juta jiwa. Papua juga merupakan provinsi yang masih berada di tahap berkembang untuk memajukan wilayahnya dalam hal kondisi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, Papua masihlah menjadi daerah yang terbelakang atau tertinggal jauh. Hingga saat ini berbagai upaya dilakukan baik dari pemerintah maupun rakyat Papua untuk memajukan wilayahnya.

Ketertinggalan Papua dari provinsi lain tak lain disebabkan oleh pendidikan yang belum merata dan kualitas SDM yang masih rendah. Pendidikan merupakan satu kunci keberhasilan dalam membangun wilayah Papua. Sebaliknya, ketertinggalan di bidang pendidikan menjadi penyebab ketertinggalan pembangunan di Papua.

Pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia di dunia karena dengan memperoleh pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Selain itu, pendidikan menjadi salah satu faktor pendukung dalam kemajuan suatu wilayah, semakin tinggi tingkat pendidikan suatu wilayah akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan ikut andil dalam membangun negaranya. Maka dalam hal ini tingkat dan kualitas pendidikan sangat mempengaruhi hasil dari pendidikan seseorang.

Pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia belum sebaik negara lain. Menurut penelitian yang dilakukan oleh The World Bank, World Development Report (2007) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-39 dari 41 negara yang diteliti dan survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Progamme For International Student Assessment (PISA) pada Desember 2019 di Paris, menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Salah satu contoh dari pendidikan yang belum baik adalah pendidikan di daerah Papua khususnya daerah pedalaman. Jika diteliti lebih lanjut, kualitas pendidikan di Papua masih terbelakang jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, bahkan kondisi di sana sangatlah memprihatinkan.

Berbicara mengenai masalah pendidikan di Indonesia khususnya Papua tidak akan ada habisnya. Mulai dari kurikulum, pemerataan guru, standar kualifikasi yang dimiliki guru, fasilitas sekolah, dan masih banyak lagi. Berikut ini adalah masalah yang dihadapi Papua dalam membangun pendidikan yang baik :

  1. Kualitas Sekolah dan Fasilitasnya

Menurut Suroso, S.IP,. M.A staf ahli Bupati bidang pembangunan mengatakan permasalahan umum di Papua terkait pengembangan sumber daya manusia, pembangunan pendidikan secara umum di Papua sudah bisa terlaksanakan terutama di perkotaan dan pinggiran, namun demikian di wilayah pedalaman yang jauh dari pusat pemerintahan terdapat fakta berbanding terbalik dengan wilayah lainnya. Di sana masih diliputi sekian keterbatasan.  Dilanjut oleh Dr. Gabriel Lele sekretaris Gugus Tugas Papua mengatakan bahwa masih ditemukan sekolah yang tidak sesuai standar, yaitu apabila standar pembangunan kelas yang terdiri dari 6 ruang tapi dibangun hanya 3 ruang saja, itu pun dengan kondisi yang hampir roboh dan perbandingan jarak antara sekolah dengan pemukiman warga sangat jauh. Keterbatasan jalan untuk mengakses sarana pendidikan yang tidak memadai. Kondisi ini sering ditemukan di wilayah Pegunungan Tanah Papua. Tidak hanya itu, permasalahan lainnya ialah terletak pada buku pelajaran siswa, buku tulis, alat tulis lainnya serta tidak adanya perpustakaan. Buku pelajaran sekolah masih sangat terbatas, ditambah lagi buku tulis siswa hanya 1 yang memuat semua pelajaran dan tidak adanya perpustakaan menyulitkan siswa dalam hal meningkatkan minat baca dan mendukung proses pembelajaran, fasilitas seperti papan tulis yang masih menggunakan papan tulis kapur, di mana hampir semua sekolah di kota besar sudah memakai papan tulis spidol dan juga minimnya media pembelajaran yang mendukung aktivitas belajar-mengajar.

  1. Kemampuan Siswa yang Tertinggal

Kondisi akses ini mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Papua. Jarak yang jauh antara sekolah dan tidak adanya kendaraan umum mengakibatkan anak-anak tidak mau bersekolah. Rendahnya kualitas pendidikan dibuktikan dengan kemampuan baca tulis siswa yang masih jauh dari kata ‘bisa’. Kemampuan baca tulis lulusan SD di Papua setara dengan kualitas SD kelas 2 di Jawa, lulusan SMP setara dengan kualitas SD kelas 4, dan lulusan SMA di Papua setara dengan lulusan SD di Jawa. Artinya kemampuan anak Papua dalam baca tulis sangat memprihatinkan dan perlu upaya dalam mengatasi hal ini.

  1. Keterbatasan Tenaga Pendidik.

Guru di daerah Papua sana jumlahnya sedikit, selain itu tidak semua guru di daerah Papua yang memiliki leadership yang visioner yang cukup cermat dalam melihat dan memberi perhatian pada pentingnya pembenahan pendidikan. Secara umum, kompetensi guru-guru di Papua masih minim. Kebanyakan guru yang ada di sekolah Papua adalah guru di bidang agama namun harus mengajarkan berbagai pelajaran lainnya. Sehingga dalam memberikan materi pasti kurang optimal.  

  1. Siswa yang Putus Sekolah

Data dari UNICEF menunjukkan bahwa 30% siswa Papua tidak menyelesaikan pendidikan SD dan SMP mereka. Di pedalaman, sekitar 50% siswa SD dan 73% siswa SMP memilih untuk putus sekolah. Hal itu bisa disebabkan oleh kurangnya motivasi orang tua dalam menyemangati anak untuk meraih pendidikan dan masalah ekonomi keluarga. Kebanyakan orang tua siswa, khususnya di pedalaman masih menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan lebih baik anak bekerja di kebun membantu ekonomi keluarga. Alhasil anak-anak lebih memilih untuk tidak bersekolah.

Melihat berbagai masalah pendidikan di Papua terutama di daerah pedalaman, menandakan bahwa dunia pendidikan di sana tidak dalam keadaan baik-baik saja dan sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian khusus kepada wilayah-wilayah seperti itu. Mencari solusi agar daerah tersebut dapat mengikuti perkembangan di daerah lainnya dengan memperhatikan segala aspek yang ada di Papua agar tidak menghilangkan ciri khas Papua dan tidak menimbulkan masalah. Kita sebagai pemuda bangsa sudah seharusnya membantu dalam memajukan negara kita khususnya dalam dunia pendidikan. Mari bersama-sama saling membantu untuk memperbaiki dunia pendidikan kita menjadi lebih baik.

Apakah Pendidikan di Papua Sudah Baik?