29 July 2022

Alumnus dalam Menyambut Lingkup Sosial

Oleh: Ridwan Mahendra, S.Pd., Alumnus Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Said Surakarta

Setiap tahun lingkup akademis di Indonesia meluluskan sebanyak 1,7 juta lulusan untuk lulusan jenjang sarjana (Nizam, Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek). Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2021 menunjukkan angka penganguran lulusan sarjana sebanyak 999.543 alumni.

Melihat tingginya angka kelulusan setiap tahun yang diikuti dengan angka pengangguran yang tinggi pula, tentu sebagai seorang alumnus memiliki kegelisahan tersendiri. Begitu banyaknya lulusan yang terombang-ambing mau ke mana setelah menyelesaikan studi yang terngiang oleh kata “pengangguran”.

Akademis sebagai pihak penyelenggara pendidikan di Indonesia tentu harus mengedepankan dan memberikan sebuah solusi sebelum pihak pelajar di Indonesia yang hendak lulus dan terjun di lingkup masyarakat. Beban gelar yang didapat oleh alumnus merupakan tugas bersama dalam mengatasi angka pengangguran di Indonesia serta terobosan-terobosan yang efektif untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Terobosan-terobosan tersebut muncul karena hal yang sangat mendesak apabila setiap tahun semakin banyaknya pemuda di Indonesia masih menganggur dalam hal pekerjaan. Solusi yang jitu dan efektif tentu diperlukan setiap generasi di negeri ini untuk memajukan sebuah negara itu sendiri.

Peran Akademis

Melihat tingginya angka pengangguran di Indonesia setiap tahunnya, sebagai alumnus yang memiliki sebuah modal pengetahuan yang cukup mumpuni tentu bukan masalah yang begitu besar apabila dimanfaatkan dengan baik pengetahuan tersebut.

Lingkup akademis tentu sudah memberikan sebuah bekal untuk alumni dalam menyongsong setelah mendapat titel “alumnus”. Alumnus harus mempunyai daya saing dengan memanfaatkan sebuah pengetahuan yang didapat ketika berada di lingkup akademis.

Selain adanya pengetahuan yang cukup, tentu seorang alumnus harus memiliki sebuah ide, gagasan, solusi, dan yang terpenting yakni skill atau keterampilan dalam mempersiapkan sebuah masa depan yang cerah.

Peran akademis yang sudah memberikan hal terbaik dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan ketika seseorang berada dalam sebuah akademis, tentu seorang alumnus harus melebarkan sebuah pemikiran untuk memecahkan suatu permasalahan khususnya dalam hal mencari atau membangun sebuah usaha.

Tak Perlu Risau

Dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan ketika mengikuti sebuah pendidikan di lingkup sekolah atau kampus, tentu seorang yang terdidik dan dibekali ilmu seharusnya seorang alumnus tidak memusingkan hal tersebut.

Sejenak mari menilik ke Negeri Sakura, Jepang dalam mengatasi sebuah pengangguran. Mengutip Trading Economics, Jepang menjadi negara dengan tingkat pengangguran terkecil dengan hanya 2,7 persen dibanding dengan negara-negara G20 lain.

Tiga poin yang ditekankan saat berada di lingkup akademis oleh negara Jepang dalam mengatasi pengangguran di negara tersebut, di antaranya; 1. Menentukan ketika lulus ingin berkerja di bidang apa? 2. Belajar untuk menentukan hal yang dituju, dan 3. Menggunakan waktu untuk melatih diri dengan bekerja sampingan serta menambah teman.

Dengan diterapkan tiga poin tersebut, maka tak ayal jika di Jepang bahkan sebelum lulus seorang pelajar sudah mendapat pekerjaan sesuai dengan yang yang diharapkan dan tentu menekan angka pengangguran yang berada di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Sebagai seorang alumnus yang sudah terlepas dari lingkup akademis, seorang yang menyandang gelar “orang terpelajar” hendaknya memiliki sebuah pemikiran yang kritis dalam mengelola sebuah tujuan yang diinginkan untuk mendapatkan atau bahkan membuka sebuah ladang pekerjaan.

Tak Perlu Gengsi

Seorang alumnus yang sudah terlepas dari lingkup akademis hendaknya mampu membuka sebuah pikiran dengan berpikir yang kreatif, inovatif, dan memiliki sikap kritis khususnya dalam hal menggapai suatu pekerjaan atau cita-cita.

Cita-cita dapat diraih dengan apapun tanpa memikirkan sebuah gengsi yang berada dalam diri seseorang khususnya seorang alumnus. Gengsi yang berkepanjangan termasuk salah satu sikap yang harus dihilangkan dalam pola pikir seorang alumnus.

Seorang pemuda dengan sebuah gengsi yang tinggi, tentu akan menambah angka pengangguran di negeri tercinta ini. Sebaliknya, apabila pemuda bangsa ini tanpa memikirkan sebuah gengsi, tentu akan menambah sebuah inovasi dalam sebuah pekerjaan yang digelutinya.

Harapan tentu muncul dalam diri seorang pemuda di negeri ini apabila rasa gengsi tersebut sudah tidak menempel dalam diri seseorang khususnya alumnus sekolah tinggi. Maka bukan sebuah kemustahilan apabila pemuda di negara ini akan menjadi orang yang berguna bagi kehidupan di sekelilingnya. Semoga.

Alumnus dalam Menyambut Lingkup Sosial